Sabtu, 01 Desember 2012
Bima Bungkus
Anak Pandu dan Kunti yang lahir dalam bungkus dibuang ke hutan
Krendawahana, karena tidak ada senjata yang
mampu membuka bungkus itu.
Destarata ayah para
Kurawa menyuruh para Kurawa untuk memusnahkan dengan cara berpura-pura membantu membuka bungkus itu,
namun tidak berhasil.
Sedangkan di pertapaan Rhatawu Bagawan Abiyasa mendapat pertanyaan dari
cucunya, Raden Premadi, yang menanyakan
keadaan kakaknya yang terlahir dalam
bungkus, yang telah beberapa tahun belum juga dapat dibuka. Abiyasa mengatakan kepada Arjuna
bahwa saudaranya sedang menjalani kamarnya, ia akan lahir menjadi satria utama, dan akan mendapat wahyu
jati.
Keadaan tidak
bisa dipecahkannya bungkus yang menyelimuti anak Pandu dan Kunthi tersebut
telah menyebabkan adanya kegoncangan di dunia yang terasa pengaruhnya
sampai di kahyangan. Untuk menghentikan kegoncangan
itu Batara Guru menyuruh Gajahsena, anaknya yang berupa gajah, memecah bungkus yang akan melahirkan Manusia
Sejati.
Kamis, 29 November 2012
Obat Tidur
Kepada
kami berdua, dulu ibuku pernah menceritakan bahwa di suatu
kampung hiduplah sepasang suami istri. Si suami berprofesi sebagai guru dan
mengajar pada sebuah sekolah di kampung tempat ia
tinggal.
Suami istri itu adalah pasangan muda yang sederhana
dan baru saja dikaruniai seorang anak. Si istri telah melahirkan seorang bayi yang memang sangat mereka
idam-idamkan.
Di satu sisi mereka bahagia karena mendapat anugerah
seorang anak yang lucu, montok dan menggemaskan itu. Tapi di sisi lain mereka
juga menjadi sedikit bertambah sibuk dengan hadirnya si bayi.
Beberapa kali suami istri itu terlihat sangat
kerepotan mengurus bayinya yang masih berumur beberapa bulan itu. Maklumlah,
itu bayi pertama mereka, dan si istri masih belum terbiasa mengurus seorang
bayi.
Karena harus mengurus bayinya, tak jarang mereka
berdua harus bergadang sampai malam. Sungguh terbayang bagaimana repotnya kedua
orang tua seperti itu mengurus anaknya.
Rabu, 28 November 2012
Berita Dari Fadhil
SUARA MOTOR, TERDENGAR OLEHKU. Tepat di depan
rumahku, suara keras itu menghilang.
Dari suara knalpot-nya yang nge-rock abis,
alias amat sangat keras dan memekakkan telinga, aku tahu, pagi itu Fadhil yang
datang kerumahku.
Dan ternyata, benarlah ia yang datang. Setelah
terdengar menyapa dan berbicara beberapa menit dengan ibuku yang kebetulan
sedang ada di teras, Fadhil masuk kerumah. Tanpa canggung-canggung, ia langsung
menghampiri aku dikamarku.
Catatan Pagi Delapan Juli
PAGI YANG INDAH. Hari telah berganti
menjadi hari Minggu, tanggal 8 Juli 2001. Kulihat, saat itu masih jam lima
pagi. Setengah jam sebelumnya aku sudah terbangun.
Setelah pergi sholat subuh berjamaah di masjid
bersama Najmuddin, aku kembali ke kamarku. Begitu juga adikku, ia kembali masuk
ke kamarnya.
Sesampainya di dalam kamarku, pagi itu aku mulai
merenungi diriku sendiri.
Engkau Berada Dimana ?
Sabtu
sore itu, selepas isya, Fadhil bertamu kerumahku. Setelah terdengar menyapa ibu
yang sedang nonton TV di ruang keluarga, ia langsung masuk ke kamarku.
”Serius
banget, Fif? Sedang apa kamu?”, tanya Fadhil saat ia menaruh tasnya di tempat
tidurku.
”Ada
yang nggak beres dengan komputerku”, jawabku sambil terus memperhatikan komputerku. Komputer, yang sehari-hari,
sebenarnya berada di kamar kostku, di Jogja. Komputer itu, siang hari
sebelumnya, kuboyong ke Kediri.
|
||
Dimar Reva Dila ® |