Karunia Alam Nusantara

Indonesia... Bumi Nusantara... Bumi penuh dengan karuria yang tiada terhingga.

Keindahan Pantai

Salah satu karunia di Bumi Nusantara adalah keindahan pantainya. Selalu mampu membuat kita ceria meskipun terik matahari menyengat kepala.

Hamparan Sawah

Sawah yang terhampar luas di Bumi Nusantara adalah aset yang sangat berharga. Apakah akan kita biarkan anak cucu bangsa kita, nanti, tidak lagi bisa melihatnya?

Merah Putih Terus Berkibar

Tetaplah bersemangat membangun bangsa. Meski mendung selalu menyelimuti kehidupan kita, jagalah agar Merah Putih Terus Berkibar. Jangan biarkan Merah Putih berkibar setengah tiang. Apalagi diturunkan dari tiang.

Hijau Pucuk Daun

Lihatlah ! Bahkan hijaunya pucuk dedaunan di Bumi Nusantara, mampu menyejukkan pandangan mata. Apakah kita akan selalu menatap dan meratap tanpa melakukan apa-apa?

Sabtu, 01 Desember 2012

Bima Bungkus



Anak Pandu dan Kunti yang lahir dalam bungkus dibuang ke hutan Krendawahana, karena tidak ada senjata yang mampu membuka bungkus itu.
Destarata ayah para Kurawa menyuruh para Kurawa untuk memusnahkan dengan cara berpura-pura membantu membuka bungkus itu, namun tidak berhasil. Sedangkan di pertapaan Rhatawu Bagawan Abiyasa mendapat pertanyaan dari cucunya, Raden Premadi, yang menanyakan keadaan kakaknya yang terlahir dalam bungkus, yang telah beberapa tahun belum juga dapat dibuka. Abiyasa mengatakan kepada Arjuna bahwa saudaranya sedang menjalani kamarnya, ia akan lahir menjadi satria utama, dan akan mendapat wahyu jati.
Keadaan tidak bisa dipecahkannya bungkus yang menyelimuti anak Pandu dan Kunthi tersebut telah menyebabkan adanya kegoncangan di dunia yang terasa pengaruhnya sampai di kahyangan. Untuk menghentikan kegoncangan itu Batara Guru menyuruh Gajahsena, anaknya yang berupa gajah, memecah bungkus yang akan melahirkan Manusia Sejati.

Kamis, 29 November 2012

Obat Tidur



Kepada kami berdua, dulu ibuku pernah menceritakan bahwa di suatu kampung hiduplah sepasang suami istri. Si suami berprofesi sebagai guru dan mengajar pada sebuah sekolah di kampung tempat ia tinggal.
Suami istri itu adalah pasangan muda yang sederhana dan baru saja dikaruniai seorang anak. Si istri telah melahirkan seorang bayi yang memang sangat mereka idam-idamkan.
Di satu sisi mereka bahagia karena mendapat anugerah seorang anak yang lucu, montok dan menggemaskan itu. Tapi di sisi lain mereka juga menjadi sedikit bertambah sibuk dengan hadirnya si bayi.
Beberapa kali suami istri itu terlihat sangat kerepotan mengurus bayinya yang masih berumur beberapa bulan itu. Maklumlah, itu bayi pertama mereka, dan si istri masih belum terbiasa mengurus seorang bayi.
Karena harus mengurus bayinya, tak jarang mereka berdua harus bergadang sampai malam. Sungguh terbayang bagaimana repotnya kedua orang tua seperti itu mengurus anaknya.

Rabu, 28 November 2012

Berita Dari Fadhil



SUARA MOTOR, TERDENGAR OLEHKU. Tepat di depan rumahku, suara keras itu menghilang.
Dari suara knalpot-nya yang nge-rock abis, alias amat sangat keras dan memekakkan telinga, aku tahu, pagi itu Fadhil yang datang kerumahku.
Dan ternyata, benarlah ia yang datang. Setelah terdengar menyapa dan berbicara beberapa menit dengan ibuku yang kebetulan sedang ada di teras, Fadhil masuk kerumah. Tanpa canggung-canggung, ia langsung menghampiri aku dikamarku.

Catatan Pagi Delapan Juli


PAGI YANG INDAH. Hari telah berganti menjadi hari Minggu, tanggal 8 Juli 2001. Kulihat, saat itu masih jam lima pagi. Setengah jam sebelumnya aku sudah terbangun.
Setelah pergi sholat subuh berjamaah di masjid bersama Najmuddin, aku kembali ke kamarku. Begitu juga adikku, ia kembali masuk ke kamarnya.
Sesampainya di dalam kamarku, pagi itu aku mulai merenungi diriku sendiri.

Engkau Berada Dimana ?




AKU SEDANG BERADA DI KAMARKU. Malam minggu tanggal 7 Juli 2001.
Sabtu sore itu, selepas isya, Fadhil bertamu kerumahku. Setelah terdengar menyapa ibu yang sedang nonton TV di ruang keluarga, ia langsung masuk ke kamarku.
”Serius banget, Fif? Sedang apa kamu?”, tanya Fadhil saat ia menaruh tasnya di tempat tidurku.
”Ada yang nggak beres dengan komputerku”, jawabku sambil terus memperhatikan komputerku. Komputer, yang sehari-hari, sebenarnya berada di kamar kostku, di Jogja. Komputer itu, siang hari sebelumnya, kuboyong ke Kediri.

  :::  K O L E K S I     F O T O  :::
     
   
 
Dimar Reva Dila ®
 
  :::   Tengah    :::
     
 
 
 
Dimar Reva Dila ®